Selasa, 24 Januari 2012

Karena Keyakinan Kita Berbeda


                Awalnya aku tak memikirkan tentang cinta yang didasari oleh keyakinan yang berbeda. Mungkin karena ibuku selalu menasihatiku untuk tak jatuh cinta dengan seseorang yang berbeda keyakinan denganku. Dan aku sendiri pun yakin,tidak akan mungkin aku jatuh cinta dengan seseorang itu,karena aku juga jarang bergaul dengan orang yang tak seiman denganku. Tapi akhirnya sesuatu terjadi dan rasa itu mematahkan pemikiranku.
                Aku tidak tau kenapa dia tiba-tiba hadir di hidupku. Memberikan sesuatu yang berbeda,memberikan tawa untukku,dan yang jelas,semakin aku mengenalnya semakin aku menyadari bahwa itu adalah cinta. Dan tanpa aku sadari,prinsipku pun berubah. Aku mulai tak sepemikiran dengan ibuku. Aku mulai berpendapat,bukankan semua keyakinan itu memiliki tujuan yang sama,hanya jalannya saja yang berbeda?  Dan pemikiran itu terus berkecambuk dalam benakku hingga kini,selama setahun aku bersama dia.  Mencintainya,tapi tak bisa bersamanya. Karena aku merasa,aku tak boleh durhaka kepada ibuku. Seseorang yang amat aku sayangi.
                Kadang kebimbangan itu bertubi-tubi menyerang otakku. Aku mencintainya,tapi aku juga mencintai ibuku. Haruskah aku bersamanya,dan melanggar nasihat ibuku. Ataukah aku harus menuruti perintah ibuku,tapi aku harus kehilangannya? Akh,pilihan yang sulit.
                Sore itu kembali ku temui dia yang selama ini selalu menemani hari-hariku tanpa putus asa.
                “hay…..”sapanya dengan senyum sumringah. Senyum yang amat kusukai.
                Aku membalasnya dengan senyumku yang begitu manis.
                “Kau cantik hari ini….”pujinya sambil menggengam tanganku.
                “Apakah aku selalu cantik setiap hari?”tanyaku penuh selidik sedikit bergurau.
                “Iya….setiap hari!”  jawabnya yakin.
                Aku tersenyum. Kami terdiam beberapa sa’at.
                “Aku ingin melamarmu!” katanya kemudian yang membuatku begitu tercengang. Melamarku? Sa’at ini?
                Dia meneruskan kalimatnya. “Aku tau Safira,selama ini tak pernah ada ikatan diantara kita. Karena orang tuamu. Tapi aku sudah tak bisa menahan ini lebih lama lagi. Aku mencintaimu,dan ingin memilikimu. Aku tak peduli dengan perbadaan keyakinan kita. Aku yakin orangtuamu pasti akan merestui hubungan kita,jika kita berusaha!”
                Aku diam,aku bingung. Aku harus bagaimana?
                “Aku mohon Safira,terima aku. Aku ingin selalu melindungimu. Aku mencintaimu!” katanya pelan.
                Aku menghela nafas panjang. Kuelus pipinya yang lembut.
                “ Iya,aku akan berusaha meyakinkan orangtuaku. Aku juga mencintaimu.” Jawabku lembut sambil tersenyum.

                Sore itu aku berniat ingin mengutarakan maksud pernikahanku kepada kedua orang tuaku. Aku benar-benar berharap ibuku akan menyetujui rencanaku itu. Kulihat ibuku sedang duduk-duduk diteras. Dari raut matanya,kelihatan ibu tidak bahagia.
                Kudekati ibuku pelan-pelan,kemudian ku duduk disampingnya.
                “Andai ayahmu ada disini Safira,andai dia mau menuruti keinginan ibu.”kata ibuku pelan ketika dilihatnya aku telah duduk disampingnya.
                Aku menoleh. Kenapa tiba-tiba ibu mengungkit-ungkit soal ayah yang telah menghilang 3 tahun yang lalu. Tapi aku sendiri juga tidak pernah mengerti kenapa ayah tiba-tiba pergi meninggalkan kami disini.
                “Karena perbedaan keyakinan antara aku dan ayahmu,akhirnya kami harus saling meninggalkan nak.”ujarr ibuku begitu saja,membuat aku terkaget setengah mati. “Makanya ibu selalu melarangmu untuk tidak menjalin hubungan serius dengan laki-laki yang berbeda keyakinan dengan kita.”
                “Tapi ibu,bukankan semua keyakinan itu sama. Hanya saja jalannya berbeda!” tiba-tiba kata-kata itu mengalir begitu saja dari mulutku.
                Ibu menatap tajam ke arahku. Aku menunduk.
                “Tidak nak,keyakinan itu pondasi. Kalau pondasinya saja sudah dibuat dengan cara yang berbeda-beda,bagaimana bangunannya?” Potong ibuku.”Ibu tidak ingiin kau seperti ibu dan ayahmu nak. Sulit membangun sebuah keluarga dengan keyakinan yang berbeda!”
                Aku diam,menunduk. Mataku berkaca-kaca.
                “Ingat nasihat ibu nak. Ibu yakin kau tak akan seperti ibu nak. Karena ibu benar-benar tidak akan merstuimu jika kau tak mendengarkan nasihat ibu.” Kata ibuku sambil mengelus tanganku. “Apa kau sudah punya pacar sekarang?”
                Aku menggeleng.
                “Belum bu,aku belum mempunyai kekasih.” Jawabku bohong,sementara aku terus mengisak.
                “Aku harap kau akan menemukan lelaki yang cocok untukmu nak. Yang ibu restui,yang mampu membahagiaknnu.” Kata ibuku kemudian,sementara air mata telah mengalir dipipinya.
                Aku mengangguk. Kupeluk ibuku dengan tangisanku yang pecah. Aku benar-benar tidak mampu berbuat apa-apa. Ma’afkan aku Ardan.  Aku tak bisamenyakiti hati ibuku.
                Setelah semalaman aku berfikir,akhirnya aku memutuskan sesuatu. Aku tak mau menyakiti hati ibuku. Aku tau tak semua lelaki itu seperti ayahku,tapi aku tau rasanya menjadi ibuku,memiliki trauma di hati yang begitu besar membuatnya berhati-hati untuk menentukan laki-laki yang baik untukku.
                “Ma’afkan aku…”kataku pelan ketika kami bertemu siang itu.
                Ardan menatapku.
                “Kita akhiri saja hubungan tidak jelas ini!” lanjutku.
                “Kenapa?!” tanyanya panik.”kau tidak mau menikah denganku?!”
                Mataku berkaca-kaca.
                “Bukan aku tidak mau menikah denganmu,tapi banyak hal yang membuat kita tidak bisa bersama!”tegasku.
                “Apa keyakinan kita yang berbeda?”tanyanya kemudian.
                “Itu bukan sebuah alasan Safira!”
                Aku menghela nafas.
                “Bagiku dan bagimu memang bukan sebuah alasan,tapi aku tidak mau durhaka kepada ibuku sendiri karena pernikahan kita ini!”jawabku sambil menangis.”Aku mencintaimu,sangat mencintaimu. Aku ingin selalu bersama kamu,menikah denganmu. Dan suatu saat nanti memiliki anak yang lucu-lucu. Tapi maafkan aku,aku tidak bisa!”
                Ardan terdiam.
                “Pergilah…..carilah gadis yang lebih baik dari aku.”kataku pelan,hampir tak terdengar.
                Ardan masih saja terdiam. Sepertinya dia sedang berfikir. Aku pun  tak berhenti menahan tangis. Mengatakan hal itu kepada seseorang yang amat sangat kita cintai itu benar-benar tidak mudah. Amat sakit. Kadang terbersit dalam pikiranku,ingin ku berlari saja meninggalkan ibuku dan menikah dengan dia. Tapi tidak mungkin. Aku tak mau meninggalkan ibuku sendirian.
                “Baiklah….”katanya kemudian. “Aku turuti keinginanmu Safira. Aku akan pergi,jauh dari kamu. Aku harap suatu saat nanti seseorang yang lebih menyayangimu akan datang dihidupmu.”
                Aku menatapnya. Kulihat matanya berkaca-kaca.
                “Tersenyumlah safiraa…” katanya saambil membelai rambutku.
                Aku menangis terisak . tapi kucoba tersenyum untuknya. Tangisku pecah,kupeluk dia dengan erat. Aku benar-benar tidak mau melepaskan dia. Aku sangat mencintainya! Sangat!
                “Aku mencintaimu Safira.”Katanya kemudian mencium keningku.
                Aku mengangguk.
                “Aku juga mencintaimu.” Jawabku pelan.
                Dia tersenyum kemudian berjalan meninggalkanku. Aku masih menangis. Dia pergi,dan aku juga tak akan pernah memilikinya.     
               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar