Rabu, 17 Agustus 2011

DIANTARA KALIAN



Sinta merebahkan badannya yang lunglai diatas sofa. Pikirannya melayang ke kejadian tadi siang,sesuatu yang membuat pikirannya begitu kacau. Tak habisnya dia berfikir,kenapa dia harus mencintai Dio? Tuhan mengirimkan perasaan sayangnya kepada Dio.seseorang yang tak mungkin bisa diharapkannya. Disana Dio telah memiliki seseorang yang amat sangat mencintainya. Dan kenapa sinta masih saja berharap dan berharap?
“ dio kamu harus bisa milih.” desaknya siang tadi kepada Dio.
“aku capek harus nunggu kamu terus!”
Dio mendesah pelan “aku harus gimana Ta? Aku sayang banget sama kamu,tapi aku mohon kasih aku waktu Ta….”ungkapnya.
“tapi kapan…..”                                               
“kamu tunggu aku Ta,aku akan jadi milik kamu seutuhnya suatu saat nanti.”
Sinta menjadi gusar mengingat pertemuannya dengan Dio tadi siang.  Apakah dia terlalu egois? Atau Dio yang terlalu plin plan. Sinta tak pernah mengira semua akan menjadi seperti ini. Seharusnya dulu dia tidak sembarangan mencintai Dio yang jelas-jelas sudah dimiliki Kenia. Meskipun Dio tak pernah mendapatkan kebahagiaan ketika bersama Kenia,tapi toh sampai saat ini dirinya masih mempertahankan hubungan itu. Dan sinta pun tak pernah mengerti kapankah hubungan itu akan berakhir.
Entahlah….

                     ……………………………………………………………………………………………………………………………

“sebenernya yang kamu pengen tu gimana sih ta.?” Tanya Tia tak mengerti.
Sinta tak beringsut dari laptop yang dipegangnya. “pengen apa…”tanyanya kemudian.
“nggak usah sok nggak tau Ta. Masalah Dio!” jawab Tia kesal.
Sinta menarik nafas panjang. Sepertinya dia tak ingin berkomentar tentang pertanyaan Tia. Game  yang dihadapannya kelihatan lebih menarik daripada pertanyaan Tia.
Kalo kamu sudah memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan dengan Dio,ya inilah konsekwensinya Ta. Kamu harus terima jadi yang ke dua….!”lanjut Tia ketus.
Sepertinya ucapan Tia yang terakhir itu mengena di hatinya.
‘Iya aku tau Ti,tapi aku nggak mau kayak gini terus….”katanya kemudian.
“siapa sich Ta yang mau kayak kamu. Tapi Ta jika kamu kayak gini terus,malah akan tambah menyakiti hati kamu. Mending kamu ngalah Ta. Sekarang coba kamu bayangkan kalo kamu berada di posisi Kenia.” Papar Tia. Seolah dia benar-benar tidak ingin melihat sahabatnya hidup dalam kegalauan. “ dia pasti akan sakit hati melihat cowoknya selingkuh…”
“Terus aku harus gimana Ti?”
“tinggalkan dia Ta….”
Sinta terdiam. Menimbang-nimbang saran yang diberikan oleh sahabatnya itu. Saran yang serba salah. Sinta bagaikan makan buah simalakama,tak ada pilihan yang membuat hatinya lega. Dengan atau tanpa Dio,hatinya tetap sama. Sakit…..

               ……………………………………………………………………………………………………………………………
“ aduh Tia….”sunggut Sinta kesal “aku capek. Sudah dua jam kita muter-muter milih sepatu yang cocok buat kamu.tapi nggak dapat-dapat.”
“sabar  Sinta. Namanya milih khan perlu!” Tia membela diri. Ditangannya masih sibuk membolak-balik sepatu yang akan dibelinya.
“iya tapi cepat.aku lapar”
“iya cintaku….”
Sinta mendesah pelan. Sambil menunggu Tia membolak-balik sepatu, matanya iseng mengedarkan pandangannya. Pandangannya terhenti ketika tak jauh beberapa meter darinya terlihat Dio bersama seseorang yang tidak asing baginya. Kenia…..
Tampak Kenia bermanja-manja dengan Dio.tertawa-tawa,dan seolah tak ada sedikitpun beban dihati Dio bersama Kenia. Melihat hal itu hatinya tambah sakit. Dadanya sesak,ditahan-tahannya air mata yang ingin keluar dari kelopak matanya. Tapi ternyata air mata itu sudah berjejal-jejal di pelupuk matanya,dan tak bisa dia membendungnya.
Tia menyadari apa yang terjadi. Dilihatnya sahabatnya itu menangis dan terisak-isak.
“sinta…” katanya pelan ingin menenangkan sinta. “apa perlu aku kesana?”
Sinta menggeleng pelan,”nggak Ti. Ayo kita pergi saja…”
Katanya kemudian melangkah gontai meninggalkan tempat itu. Tia menggikutinya dari belakang. Perasaan kasihan menyelimuti hatinya.
“kamu benar Tia….” Ungkap Sinta lirih. “aku yang tersakiti”
              ……………………………………………………………………………………………………………………………
Dio memarkir motornya cepat-cepat. Dengan setengah berlari kecil dihamprinya Sinta yang duduk merenung di kursi taman itu.
“maaf  Ta aku telat,” katanya ketika sampai dihadapan gadis manis itu. Perasaan  teramat sayangnya kepada sinta semakin bertambah.
Sinta mengangguk pelan “iya,aku nggak  apa-apa,”
Dio memandang Sinta lekat-lekat. Dilihatnya wajah gadis itu sedetail-detailnya. Wajah yang manis dan lembut. Mirip sekali dengan ibunya. Dan entah kenapa Dio semakin menyayangi Sinta,sehingga bayangan Kenia tak sedikitpun muncul dibenaknya saat ini.
Sinta merasa semakin bingung dengan tatapan mata Dio,tatapan mata yang membuat dia semakin takut untuk  kehilangan Dio. Tatapan mata yang membuatnya luluh,membuatnya bertekuk lutut dihadapan Dio. Oh Dio,aku mohon berhenti menatapku,pikirnya. Dengan tegas ditatapnya mata lelaki itu,dia merasa inilah waktu yang tepat untuk mengatakan isi hatinya kepada Dio.
“Dio…..”katanya lirih.
Dio masih menatapnya.
“apa…?”
“aku tidak bisa meneruskan hubungan kita,”  jawab sinta terbata-bata. Sakit sekali hatinya harus mengatakan itu kepada orang yang begitu dia sayangi.
Dio seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya,”kenapa Ta….? Tanyanya kemudian.
“ kamu bercanda khan…?”
Sinta menggeleng.
“lalu kenapa….?”
“aku tidak bisa Dio,kamu jaga Kenia. Lupakan aku…”
Dio terdiam. Rupanya Sinta tidak sedang bercanda sore ini.
“ apa kamu sudah tidak menyayangiku Ta?” Tanyanya lirih.
“justru  karena aku sayang kamu  Dio,makanya aku melakukan ini. Aku tau,dalam hati kecil kamu,kamu berat untuk melepas Kenia. Dan apa kamu juga tau Dio,aku yang paling tersakiti dalam hal ini. Hatiku sakit Dio,sakit…..” ungkap Sinta panjang lebar.
“aku lebih sayang kamu daripada Kenia Ta,aku mohon mengertilah aku!”
“aku sudah begitu mengerti kamu Dio,aku selalu berusaha menahan sakit hatiku,bila aku harus melihat kamu dengan Kenia. Dan aku juga melihat,Kenia butuh kamu Dio.meskipun menurutmu dia tak sebaik aku,tapi dia juga mencintaimu,”
Air mata mengalir deras di pipi sinta yang mulus itu. Dio tak mampu berkata apa-apa,perasaanya berkecambuk. Dalam hati kecilnya,dia  juga tiddak ingin menjadi pecundang seperti itu.
“sinta,aku  sayang kamu. Aku mohon Ta…..,”  harap Dio meyakinkan Sinta.
“Dio,aku lebih menyayangi kamu. Tapi aku ini pendatang.Kenia lebih dulu mengisi kehidupanmu,dan aku tidak ingin egois. Dia membutuhkanmu sama seperti aku,dia juga mengharapkanmu sama seperti aku. Tapi aku sudah mengambil keputusan,kalo kamu yang tdak bisa mengambil keputusan,biarlah aku yang mengambil  keputusan itu. Aku yang akan pergi,aku yang akan melupakanmu…..,” ujar sinta terisak.
“tapi Ta…..,”
Sinta tersenyum getir,”semoga kamu bahagia Dio….” Katanya kemudian melangkah pergi.
Sore itu hujan turun rintak-rintik. Dio memperhatikan kepergian gadis manis itu sampai hilang dari pandangannya. Hatinya sakit,sama seperti hati Sinta sore itu. Dia begitu mencintai gadis mungil itu. Gadis itu yang memberikan tawa di kehidupannya akhir-akhir ini.
Sinta tak menghiraukan gerimis yang membasahi tubuhnya. Hatinya sakit,sakit sekali. Meninggalkan seseorang yang sama sekali tak ingin ditinggalkannya. Tapi hatinya sedikit lega,karena ini jalan terbaik. Sebauah keadilan untuknya.Dio dan kenia.
Sinta terus melangkah pelan,
Samar-samar terdengar sebuah lagu….
Lupakan aku,kembali padanya
Aku bukan siapa-siapa untukmu…
Kucintaimu tak berarti bahwa,
Kuharus memilikimu s’lamanya…..

Keteguhan Cinta



Aku  masih ingat ketika kekasihku mengatakan kepadaku,bahwa cinta itu adalah anugerah dari yang kuasa dan harus kita jaga. Aku juga masih ingat bagaimana dia mengkiaskan cinta itu seperti air pancuran yang dingin,segar dan menyejukkan jiwa. Ya,perkataan itu masih kuingat selalu di dalam   hatiku.  Perkataan yang tak ingin aku lupakan sampai kapan pun.Sampai saat ini,sampai dia pergi  entah kemana.
Ya, 5 tahun sudah berlalu semenjak kepergian dia. 5 tahun yang lalu ketika kami masih sama-sama duduk di bangku kuliah,masih sama-sama merasakan sebuah cinta yang indah dan tak ada habisnya. Cinta kami sunguh sempurna,kami saling mengasihi,saling menyayangi dan kami saling berbagi. Hingga perpisahan itu datang,dia harus pergi meninggalkan aku disini. Kalimantan Timur adalah daerah  tujuannya.Memang masih dalam wilayah Indonesia,tapi bagiku jawa dan Kalimantan adalah jaraj  yang begitu jauh,dikarenakan aku  tak boleh meninggalkan ibuku demi seorang kekasih. Aku masih ingat ketika aku harus memendam kekecewaan yang begitu besar sa’at ibuku tak mengijinkanku mengikutinya ke Kalimantan.Perasaan kecewa dan sedih bergulat di hatiku.Hingga akhirnya kulepaskan dia pergi tanpa aku.Aku berusaha ikhlas dengan semuanya.Awalnya hubungan kami baik-baik saja,meskipun terhalang oleh jarak. Setiap minggu suratnya selalu dating menghibur kekosongan jiwaku.Dia menceritakn semuanya,tentang hidup baru dan teman-teman barunya. Aku sungguh bahagia setiap membaca satu demi satu kalimat-kalimat di suratnya.Kalimat yang mengandung semangat tinggi.hingga akhirnya dia mula ijarang memberikan kabar kepadaku. Surat-suratku tak pernah dibalasnya,dia seolah hilang ditelan bumi Kalimantan. Nomer hp kesayangannya pun sudah tidak aktif lagi.Dan akhirnya kuputuskan untuk berhenti menghubunginya kembali.

Dua tahun yang lalu aku lulus dengan gelar kesarjanaanku. Hatiku sedikit bernafas lega ketika aku tak harus  pusing-pusing lagi memikirkan kuliah dan belajar.Yang terpenting bagiku adalah mendapatkan pekerjaan dengan bidang yang aku tempuh yaitu sarjana komunikasi.Dalam hati kecilku,aku masih mengingat dia. Apakah dia juga sudah lulus dalam pendidikannya,apakah dia sudah mendapatkan pekerjaan sekarang? Tapi aku hanya bias berharap,dia nmemang sudsh  hilang.

Hatiku sangat bahagia ketika ibuku mengijinkanku untuk bekerja di Jakarta.Kucium keningnya dengan lembut ketika aku akan berangkat ke Jakarta.
“hati-hati nak…”pesannya kepadaku.Air matanya yang bening berjatuhan menimpa pipinya yang mulai keriput.
Aku mengangguk.Kupeluk beliau dan aku berangkat menuju Jakarta.
……………………………………………………………………………………………………………………..
Hari-hariku mulai padat dengan pekerjaan.Hingga seolah tak ada waktu untukku beristirahat dan bersantai sejenak.Waktu dan pikiranku tersita dengan kerja,kerja dan kerja. Aku juga tidak tau kenapa,aku juga mulai melupakan dia. Mulai menyingkirkan kenangan kutentang dia,dan memusatkan pikiranku hanya dengan pekerjaan yang kutekuni sekarang. Setiap bulan tak pernah absen aku mengirimkan hasil jerih payahku untuk ibuku.Setiap waktu ibuku selalu menelponku,menanyakan keadaanku dan kehidupanku sekarang.
“bagaimana nak,kapan menikah….”Tanya ibu ku malam itu. Sebuah pertanyaan yang sama untuk kesekian kalinya.
Dan dengan tenang aku menjawab.“ ibu tidak usah khawatir,yang jelas sekarang aku ingin membahagiakan ibu dan ayah” jawabku lugas.
Itulah jawaban yang kulontarkan setiap ibu menanyakan kapan aku akan menikah. Mungkin ibuku sedikit kecewa dengan apa yang ku katakan. Tapi entahlah ibu,aku belum memikirkan hal itu.
……………………………………………………………………………………………………………………………..
Siang itu udara sangat panas,membakar sekali sinarnya. Siang itu aku duduk sendirian di sebuah restoran. Hatiku sedikit gusar ketika klienku menunda pertemuan dikarenakan anaknya masuk rumah sakit.Aku hendak berniat pulang,tapi panas terik matahari membuatku enggan untuk beranjak. Kuamati menu yang ada di meja,aku merasa tertarik dengan ice cream vanilla di dalam buku menu tersebut. Sekali-kali aku ingin bernostalgia dengan jaman kuliahku dulu. Menikmati segelas ice cream vanilla di bawah pohon dengan dia.
Sedang asiknya menikmati hidanganku,tiba-tiba ada seorang lelaki dating menghampiriku.
“boleh kan saya duduk di sini nona. Tempat lain penuh” katanya.
Ku edarkan pandanganku di sekeliling,memang penuh sesak restoran ini. Dengan acuhku jawab perkataaan dia.
“silakan….”kataku tanpa menoleh kearahnya sedikitpun.
Laki-laki itu kemudian duduk dihadapanku.Dalam hati aku penasaran juga dengan wajah lelaki itu,ketika aku menoleh kehadapannya betapa terkejutnya aku dengan dia.
“ Rama….”desis ku  pelan.
Merasa aku mengenalinya,lelaki itu menoleh. Dan dia tak kalah terkejutnya dengan diriku.
“Dina…”katanya pula.
Aku tak menyangka, benar-benar tak menyangka. Lelaki yang ada dihadapanku ini adalah kekasihku, yang 5 tahun ini tak ku dengar sedikitpun kabar beritanya. Lelaki  yang  ku pikirkan siang malam,lelaki yang kunantikan kedatangannya kembali. Dan sekarang dia dihadapanku? Oh Tuhan. Aku seperti mimpi.
“kau….kau disini…..?” tanyaku masih sedikit tak percaya.
“kau juga kenapa disini?” tanyanya.
“aku bekerja di Jakarta!”
“aku juga….”
Kami terdiam sebentar.Memikirkan apa yang baru kami temui saat ini. 5 tahun tanpa kabar,5 tahun tanpa berita.
“bagaimana kabarmu?” tanyanya kemudian.
“baik sekali. Kamu sendiri?” tanyaku cepat.
”aku juga baik-baik saja.”jawabnya. “aku merindukanmu….”
Aku terkejut.Dia masih merindukanku.Benarkah dia masih merinddukanku? Aku benar-benr tak percaya.
“kemana kamu selama ini?” tanyaku kemudian.
Rama terdiam beberapa sa’at.
“maafkan aku yang begitu saja meninggalkanmu…”jawabnya.
“kenapa…?”
“surat   terakhirmu  masih  ku  simpan  dengan  baik. Bukannya aku melupakanmu,tapi waktu itu aku binggung. Orang tua ku menjodohkan aku dengan seorang gadis di Kalimantan.Maka dari itu, aku merasa tidak ingin memberimu harapan…..”paparnya.
Entah kenapa hatiku begitu teriris mendengar ucapannya.Jadi dia meninggalkan ku karena perjodohan?Berarti sekarang dia sudah beristri?
“jadi mana keluargamu?” tanyaku memberanikan diri. Suaraku bergetar.
Rama tersenyum.“ aku tak punya keluarga.”
Aku tak mengerti dengan ucapannya.
“1 bulan sebelum pernikahan kami. Gadis itu mengatakan kepadaku bahwa dia tak  ingin meikah denganku.Dia sudah punya pilihan lain.  Dan akhirnya dia pergi dengan lelaki lain.”katanya tenang.
“lalu kenapa kau tak mencariku lagi?”desakku. dalam hati aku bahagia,bahwa sebenarnya dia tak jadi menikah.
“aku sudah mencarimu. Menghubungi nomor hp mu tapi tidak aktif. Ku cari tahu alamt rumahmu,tapi kau juga sudah pindah.”terangnya.