Rabu, 01 Februari 2012

Dia Sahabat Gue



Siapa sich yang gak kenal Fabian? Udah cakep,tajir,pinter lagi. Hmmm…makanya nggak heran cewek-cewek di SMA gue atau sekolah lain pada jungkir balik mau dapetin hati dia. Sampai seolah-olah apapun mereka lakukan buat Fabian,tapi tetep namanya Fabian itu kayak gunung es abadi di kutub utara. Gak bakalan ngrespon bentuk rayuan apapun.Tapi kenapa ya?  Bagi gue Fabian itu biasa,apa karena dia sahabat gue dari kecil? Atau memang perasaan gue ke dia murni hanya perasaan ke sahabat aja? Gue kagak ngerti!
            “Nia!”tiba-tiba seseorang memanggil gue.
            Gue menoleh. Bela ketua cheerleaders berlari-lari kearah gue. Kayaknya gue tau maksud dia manggil-manggil nama gue. Nggak ada kapok-kapoknya ya ini anak.
            “Titip ini buat Fabian ya?” katanya sambil menyodorkan sebatang coklat dengan hiasan-hiasannya yang berlebihan itu ke gue.
            “Cokelat?”tanya gue sambil menimang-nimang barang itu. Barang yang gue bawa ke sekian kalinya dari Bela.
            Bela mengangguk.
            “Kasih ke Fabian ya!”
            Gue mengangkat bahu,kemudian mengangguk pelan. Dalam hati terkadang gue sebel juga sama cewek-cewek yang kasih Fabian barang-barang itu. Mereka itu berlebihan,kalau cowoknya emang nggak mau,ya udahlah. Nggak usah dikejar-kejar kayak gitu.
           


“Ini coklat dari Bela buat elo!” kata gue sambil menyodorkan sebatang cokelat itu ke Fabian.
            “Males gue nerimanya!”kata Fabian sambil memainkan bola basket ditangannya.”Udah cokelat ke 10 dari dia!”
            “Kenapa,dia pengen banget  jadi pacar elo!”
            Fabian mendesah.
            “gue nggak cinta sama dia.”
            Gue mencibir.
            “gue jadi bingung,hampir tiap hari banyak cewek kasih elo surat,coklat atau apa,tapi elo tetep nggak suka. Dari SMU 25 juga banyak khan? Padahal SMU 25 khan ceweknya cantik-cantik. Kenapa masih elo tolak? Gue jadi serba salah.” Papar gue panjang lebar. Gue sebel tiap hari harus jadi kurir dari cewek-cewek itu.
            Fabian tersenyum.
            “Namanya aja nggak suka Nia. NGGAK SUKA!” ktanya sambil melotot-lotot lucu ke arah gue.
            Gue tertawa terkekah-kekah.
            “Atau jangan-jangan……”kata gue terputus.
            “Apa?!”
            “Jangan-jangan elo penyuka sesama jenis lagi!” gurau gue.”Ih…jorok akh!”
            “Sialan elo. Gue masih waras. Masak cowok secakep gue gay?”elaknya.”Nggak mungkin lah!”
            Gue tertawa.
            “Siapa tau!” ejek gue sambil merebut bola basket ditangannya dan membawanya lari ke depan ring.
            “Eh,sialan lo….!”teriak Fabian sambil berlari menyusul gue.”Sini,kembaliin bola gue!”


            Mungkin banyak cewek yang ngiri sama gue,karena gue dekat dengan Fabian. Gue kemana-mana sama dia,maen sama dia. Dan sekolah pun selalu sama dia. Kadang takut juga sich di buli sama fans-fans dia. Tapi gue khan juga nggak  pacaran sama dia! Gue Cuma sahabatan!
            Gue mau pulang sama Fabian,ketika didepan gerbang sekolah Bela menghadang perjalanan kami.
            “Fabian,ini kue buat elo!” katanya sambil menyodorkan sekotak kue kepada Fabian.
            “Gue udah kenyang!” jawab Fabian ketus.
            Gue lihat air muka Bela berubah dengan jawaban ketus Fabian.
“Loe jahat banget sih Bi?” tanya Bela tiba-tiba.
Gue nggak ngerti,apa yang dimaksud Bela.
            “Apa’an sih lo?!” tanya Fabian acuh. Sementara gue diem aja,nggak mau ikut campur.
            “Gue tu suka sama elo Fabian. Lo jahat banget sih sama gue?!”
            Gue kaget dengan nada bahasa Bela yang sedikit meninggi itu. Kaykanya dia memang bener-bener berharap Fabian jadi cowoknya.
            “Tapi gue nggak suka sama elo!”jawab fabian ketus.
            “Kenapa?!”
            “Karena gue suka sama cewek lain!” jawab Fabian tiba-tiba yang membuat gue melongo. Fabian suka sama cewek? Kenapa dia nggak pernah cerita sama gue? Awas aja ntar gue marah,karena dia nggak ngomong sama gue.
            “Siapa?!”
            “Nia. Gue suka sama Nia!” jawabnya sambil merangkul gue.
            Apa?! Gue kaget setengah mati. Gue nggak salah denger? Fabian gila? Suka sama gue? Gue nggak ngerti apa yang dikatakannya tadi.
            “Ayo Nia kita pergi!” kata Fabian kemudian sambil menyeret tangan gue untuk pergi dari tempat panas ini. Sementara teman-teman memandang gue dengan pandangan aneh,apalagi Bela. Duh,gue nggak ngerti dengan jalan pikiran fabian.


            Semenjak kejadian siang itu digerbang sekolah gue jadi sorotan temen-temen di sekolah. Ada yang marah-marah sama gue,ada yang gak mau jawab kalau guue sapa. Terutama Bela,dia bener-bener memalingkan muka saat ketemu gue. Huh,
            Gue juga sekarang membatasi deket Fabian di sekolah. Meskipun dia biasa dan nggak pernah nganggep serius omongannya,tapi tetep aja gue jadi yang ngerasa nggak enak dengan para fansnya. Tapi setelah Fabian ngomong itu kemarin,gue jadi kepikiran dia terus. Gue nggak ngerti,nggak enak banget kepikiran dia terus.
            “Gue cari’in kemana-mana elo disini?” kata Fabian membuyarkan lamunan gue.
            “Nunggu siapa disini?” tanyanya bergurau. Ihhh…masih sempat-sempatnya bergurau.
            “Nggak,pengen duduk aja ditaman.” Jawab gue datar. “Kenapa nyari gue?”
            “Nggak boleh?” tanyanya sambil menatap gue. Apa-apan sich?!
            “Ntar  fans-fans elo nge buli gue lagi!”
            Fabian tersenyum.
            “Elo masih kepikiran soal kata-kata gue digerbang sekolah  kemarin?” tanyanya kemudian.
            “Gue nggak enak sama fans elo. Meskipun gue tau elo bercanda. Dikira gue bohongin mereka!”
            “Gue nggak bercanda kok.” Jawab fabian pelan.
            Gue mengerutkan kening.
            “Iya gue nggak bercanda Nia. Gue cinta sama elo!”
            Lagi-lagi kata-kata Fabian membuat gue bertanya-tanya. Suka sama gue?
            “Maksud elo?”
            “Gue cinta sama elo. Makanya gue nggak pernah merespon semua cewek yang deketin gue!”
            Gue diam. Menunduk. Jadi selama ini,Fabian suka sama gue?
            Fabian menggengam tangan gue. Hati gue….akh,hati gue kok kayak gini ya? Rasanya kok kayak gini?
            “Elo mau jadi cewek gue khan?” tanyanya lembut.
            gue menghela nafas panjang.
            “Tapi fans…………”  gue mau ngomong tapi buru-buru tangan lembutnya itu menutup mulut gue. Kok perasaan gue ke dia sa’at ini jadi kayak gini? Gue merasa waktu berputar begitu lambat. Dan gue pengen waktu ini jangan cepat berlalu. Apakah gue jatuh cinta sama fabian? Secepat itukah?
            Gue menatap matanya. Sorot mata yang lembut itu. Akh,kenapa baru sekarang gue merasa senyaman ini deket Fabian. Kenapa nggak dari dulu dia ngungkapin isi hatinya?
             Fabian tersenyum menatap gue.  gue pun juga nggak bisa menyembunyikan senyum gue.
            Kami berdua tertawa.
            “Gue cinta sama elo,Nia Ariska!” katanya kemudian memeluk gue. pelukan yang begitu hangat,pelukan yang selama ini gue harapkan dari seorang lelaki yang bakal menyayangi gue. dan sekarang dia ada dihadapan gue. memeluk gue.
            Ya….bunga-bunga mulai bermekaran dihati gue. Gue nggak nyangka,sahabat gue sekarang tinggal di hati gue. Dan gue merasa cinta itu lebih indah jika diawali dengan persahabatan. Kayak gue ini!