Rabu, 17 Agustus 2011

GONE WITH YOU



Kulihat langit diatas sana mendung. Pertanda akan turun hujankah? Ataukah hanya awan sekilas lalu yang ingin memberikan keteduhan kepada alam? Akh entahlah… aku tak mau tau. Karena bagiku pekatnya awan atau birunya langit itu sama saja. Sama-sama selalu mengingatkanku tentang dia.
          Mungkin lucu mencintai seseorang dalam waktu sekejap saja dan tak bisa kulupakan. Tapi aku menikmati keindahannya. Dan aku juga menikmati perasaanku ini. Perasaan yang tak tentu dengan keinginaku.
          Jika aku disuruh menilai,aku ingin menilainya dengan angka 9,akh tidak 9,5 mungkin. Karena bagiku dia mendekati sempurna. Dia baik,perhatian dan mungkin juga menyayangiku walau pun setengah hati dan  aku mencintainya,menganggapnya semuah spirit dalam aku menjalani hari-hari.
          Tapi aku mengerti,sebuah cinta tidak harus semua saling memiliki. Tokh, menjadi sahabatpun akan terasa lebih indah walau tak memiliki. Meskipun aku ingin memilikinya,tapi aku tak bisa. Dihatinya sudah terselip nama lain yang lebih indah. Dan aku bukan menjadi salah satu keindahan itu. Aku sering berfikir,betapa beruntungnya gadis itu. Gadis yang bisa memikat hatinya,mampu meneduhkan jiwanya. Akh,andai kau memilihku,aku pasti akan lebih menyayangimu daripada dia. 
          Tapi ada 1 hal yang tidak kumengerti, kenapa tak pernah dia mengatakan dia menjalin kasih dengan gadis itu. Dia selalu berkata,ada perbedaan. Dan aku tidak tau. Mungkinkan gadis itu tak seperti yang dia harapkan,padahal aku menilai gadis itu sempurna untuknya.Entahlah……
          Meskipun hatiku sakit sendiri setiap dia mengatakan tentang gadis itu,aku berusaha belapang hati. Berusaha tersenyum dan ikut banhagia dengan beritanya. Andai engkau tau,aku muak tiap kau selalu menceritakan dia!
          Waktu itu bulan juli. Musim tengah-tengah kemarau yang panas dan kering. Siang itu aku memenuhi janjiku untuk bertemu dengan dia. Aku sudash mmenunggunya setengah jam ditaman itu. Untung sebuah pohon akasia besar melindungiku dari teriknya surya,sehingga aku merasa sejuk sedikit. Aku tidak tau kesejikan ini berasal dari pohon akasia yang melindungiku ini atau aku akan beetemu dengan dia? Aku tak mengerti.
          “ Candra….!” Suara tak asing itu membuyarkan lamunanku. Aku menoleh seketika. Kulihat dia berlari-lari kecil menuju kearahku.
          Kusapa dia dengan senyuman terhangatku.
          “ Ma’af aku terlambat,tadi waktu aku mau pulang tiba-tiba ada pasien,” katanya setelah sampai didepanku.
          Aku tersenyum.”Tidak apa-apa. Aku juga baru sampai kok,” jawabku bohong. Padahal aku sudah menunggunya sangat lama.
          “ Bagaimana kuliahmu?” tanyanya tiba-tiba.
          Aku menoleh.
          “ Emmm… baik,” jawabku terbata-bata. Tak biasanya dia menanyakan kuliahku.
          “ Kenapa?” tanyaku kemudian.
          Dia menggeleng.
          “Tidak……” jawabnya. “ kapan kamu lulus?”
          Aku menatapnya. Tidak mengerti dengan apa yang dia katakan. Pertanyaan yang sungguh bodoh menurutku. Jelas mungkin dia tau,2 tahun lagi aku lulus s1 keperawatan ners. Dan meneruskan cita-citaku menjadi seorang ibu dosen.
          “ 2 tahun lagi….”
          Dia menatapku. Kulihat gurat kesedihan di matanya.
          “lusa,aku ke Mataram,” jawabnya datar.
          “ Ke Mataram?” tanyaku tak mengerti.
          “ Aku pindah tugas ke Mataram. Disana kekurangan dokter,”
          Seperti tersambar gledek aku mendengar itu. Jadi dia akan meninggalkanku ke mataram? Jauh disana? Tuhan kenapa ini terjdi?
          “ Aku ingin ketika kamu lulus nanti,kamu kesana ya. Jadi asistenku. Tak usah jadi dosen,” gumamnya lirih. Dan aku semakin tak mengerti dengan apa yang dia katakan. Aku berharap dia menjadikanku istri,bukan asisten.
          Aku menghela nafas.
          “ bagaimana Dilla. Apakah dia akan ikut?” akhirnya keluar juga kata-kata yang ingin aku tanayakan sedari tadi.
          “ aku mau ajak dia. Tapi aku tdak tahu dia bersedia ikut apa tidak.”jawabnya.
          Aku menunduk dalam pikiranku berkata,jelas Dilla pasti akan ikut kamu Rangga.
          “ aku pasti akan merindukannya,jika dia tak ikut. Aku akan sangat berharap dia ikut.” Lanjutnya.
          Aku mendesah.
          “ semoga,” kataku pelan.
          “ kamu tidak akan merindukanku Candra?” tanyanya kemudian.
          Aku tertawa kecil. “ tidak!” jawabku mantap. Dalam hati aku berkata,jelas aku akan sangat merindukanmu Rangga. 2 hari tak bertemu dirimu saja,rasanya tak jelas hidupku.
          “ kamu bohong khan?”
          Aku diam. Kutundukkan kepalaku menahan tangis yang hampir pecah dipelupuk mataku. Aku harus kuat…aku harus kuat…
          Serta merta tangannya yang kokoh itu memelukku.hal yang tak terfikir olehku sedikit saja.
          “Aku yakin kau akan sangat merindukanku Candra. Karena kamu sahabat yang terbaik.” Katanya datar.
          Isak tangis pun tak bisa kutahankan. Pecah dipelukan dadanya yang bidang. Aku tidak mengerti kenapa tangis ini pecah begitu saja. Ada dua kemungkinan,pertama mungkin karena Rangga akan pergi ke Mataram atau yang kedua dia memanggilku dengan kata “sahabat”. Atau malah dua-duanya. Ahh,aku bingung dengan perasaanku. Yang jelas aku ingin menikmati ini. Menangis di pelukannya. Dipelukan orang yang sangat aku cintai.

          Hari itu tepat hari keberangkatannya. Dia menyuruhku datang ke bandara siang ini. Jujur pikiranku berkecambuk. Aku sangat sedih harus kehilangan dia. Dan entah kapan aku bisa bertemu dengannya lagi. Demi dia aku rela absen kuliah siang ini. Tak apalah,pikirku. Tokh hanya sekali.
          Sampai dibandara kulihat dia terduduk lesu dengan kepala menunduk. Kenapa gerangan dia. Kuedarkan pandanganku ke sekeliling,tak kudapati wajah Dilla disekitar situ.
          Tahu aku datang,dia tersenyum.
          Aku mentapnya lekat-lekat. Tak kulihat sebuah wajah yang penuh semngat seperti kemarin saat kami bertemu di taman.
          “kenapa?” tanyaku lirih.” Dimana Dilla?”
          Dia menatapku kemudian menggeleng.
          “ Dia tidak mau ku ajak ke Mataram dan hidup bersamaku Ndra,” jawabnya datar.
          Aku terkejut. Kenapa bisa terjadi. Padahal kulihat Dilla juga kelihatan mencintai Rangga. Meskipun mereka tak pernah saling mengungkapkan perasaan,tapi aku bisa membaca rasa itu dari sinar matanya.
          “ Kenapa?”
          Rangga mendesah.
          “Dia memilih tinggal di Solo dengan lelaki itu Ndra,”
          Aku semakin tak mengerti. Lelaki? Siapakah?
          “ Sebenarnya dari dulu dia sudah punya tunangan Ndra. Tapi dia selalu ragu dengan tunangannya,karena jarang dirumah. Tunangannya bekerja di pelayaran,jadi jarang pulang.makanya dia merasa cocok denganku,dan aku berusaha mengambil hatinya.” Terang Rangga panjang lebar.
          Jadi ternyata yang dikatakan rangga sebuah perbedaan antara dirinya dan Dilla itu adalah hubungan Dilla yang sudah mempunyai calon suami. Aku terdiam tidak bisa berkata apapun. Meski dalam hatiku sedikit lega karena Rangga tak mungkin bersama Dilla,tapi dalam hati aku merasa kasihan juga dengan dia. Aku tahu,dia sayang sekali dengan Dilla.
          Aku pegang tangannya.
          “ kamu pasti akan temukan pengganti dilla di sana.” Hiburku.
          Rangga memegang tanganku erat.
          “kamu mau 2 tahun lagi menyusulku Candra?” tanyanya kemudian. “ bukan jadi asisten,tapi aku ingin menjalin sebuah relasi serius ma kamu.”
          Aku diam. Kulihat wajahnya yang tampan. Tampak gurat kesungguhan di dalamnya. Aku cukup mengerti dengan apa yang dikatakn Relasi olehnya.
          Aku tersenyum.
          “ tunggu aku datang ya di Mataram….,” jawabku lirih.
          Dia tersenyum,kemudian memelukku dengan erat. Aku balas memeluknya dengan erat. Aku merasa semakin mendapatkan angin segar untuk mendapatkannya.



          Aku menjinjing tas koperku. Cukup berat juga,meskipun didalamnya hanya ada beberapa potong pakaianku dan barang-barang pentingku lainnya. Ya,2 tahun telah berlalu semenjak aku melepaskan Rangga di bandara temaptku berpijak sekarang. Dan hari ini,aku akan memenuhi janjiku untuk menyusulnya di mataram. Hmm,ternyata 2 tahun adalah waktu yang singkat. Telah kuselesaikan studiku,dan sekarang aku menyandang gelar sarjana keperawatan nurs seperti yang aku harapkan selama ini. Dan yang tak kalah menyenangkan lagi,aku mendapatkan IP cumlaude. Menggem birakan bukan?
          Tiba-tiba ponselku berdering. Dan aku tahu siapa yang menelponku.Rangga.
          “iya…….”kataku datar.” 1 jam lagi aku berangkat ke mataram. Tunggu ya. Jangan lupa jemput.”
          Ku dengar Rangga tertawa di seberang telepon sebelum ku menutupnya. aku tersenyum sendiri tiba-tiba. Entahlah,aku belum pernah merasakan sebahagia ini. Tuhan,aku akan bertemu dia lagi setelah 2 tahun tak kulihat wajahnya. Tambah kuruskah? Atau gemuk? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu terus berkecambuk di dalam hatiku.
          Akhirnya waktu keberangkatanku tiba. Sebelum aku melangkah ku pandang Dilla perlahan. Kuliahat dia tersenyum. Disampingnya berdiri gagah Satria,2 tahun lalu yang menjadi tunangannya dan kini menjadi suami dan ayanh dari anak perempuannya yang mungil.
          Kupeluk dilla. Kulihat matanya berkaca-kaca.
          “ semoga bahagia candra. Jaga Rangga.” Ucapnya lirih. Aku mengangguk dan menghapus air mataku. Kulihat Satria tersenym padaku. Sebelum beranjak kucium anaknya yang sedang tertidur pulas di gendongan ibunya.dan dengan pasti aku melangkah meninggalkan mereka,yang melambaikan tangan kepadaku.
          Aku melangkah pasti. Di mataram,Rangga sudah menungguku. Dan aku akan memeluknya jika sampai disana nanti. Sebelum masuk ke dalam pesawat,kupandang langit bandara malam ini,indah dipenuhi bintang. Aku mendesah,mungkinkan langit mataram juga seindah ini? Dan aku harap juga begitu…..
          Solo,2 agustus 2011.
`        22.21 p.m

1 komentar: